Mall Harus Adaptasi Inovasi teknologi Sensor

106

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Studi Nielsen yang dilakukan baru-baru ini menyebutkan, bahwa bisnis mal termasuk salah satu sektor yang mengalami pukulan berat akibat pandemi COVID-19, dimana selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, jumlah pengunjung mal berkurang hingga setengah (49%) dari sebelumnya.

Studi Nielsen tersebut juga mengungkapkan, bahwa 67% dari konsumen yang sebelumnya sering mengunjungi mal, berniat untuk mengunjungi mal setelah PSBB dilonggarkan. Sementara itu, saat pandemi telah berakhir nanti, sebanyak 84% menyatakan ingin kembali berkunjung ke mal.

Terkait perilaku pengunjung mal, studi Nielsen menyebutkan bahwa akan terjadi pergeseran perilaku masyarakat. Rincinya, sebelum terjadi pandemi COVID-19, aktifitas yang paling banyak dilakukan oleh para pengunjung mal adalah membeli makanan siap saji dan minuman ringan seperti bubble tea dan kopi, atau menonton film di bioskop.

Namun selama PSBB, konsumen mengunjungi mal utamanya adalah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari atau membeli obat/vitamin. Saat PSBB dilonggarkan atau berakhir, belanja kebutuhan sehari-hari masih menjadi tujuan utama konsumen ke mal, selain juga untuk membeli makanan siap saji, menonton film di bioskop dan berkumpul bersama teman.

Adsense

Sedangkan saat pandemi berakhir nanti, sebanyak 65% dari konsumen menyatakan ingin berkunjung ke mal karena butuh untuk bersantai dan butuh hiburan. Hal ini memberikan indikasi bahwa konsumen juga menantikan pembukaan kembali pusat perbelanjaan karena mungkin sudah merasa bosan tinggal di rumah saja selama hampir tiga bulan terakhir.

Rusdy Sumantri, Director Consumer Insight Nielsen Connect mengungkapkan, bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada pergeseran perilaku konsumen yang akan mengutamakan faktor kesehatan dan kebersihan. Menyikapi hal ini, para pengelola pusat perbelanjaan perlu dapat mengembalikan keyakinan konsumen untuk kembali berkunjung, dengan cara memastikan penerapan protokol kesehatan, baik oleh pihak mal maupun oleh para penyewa/pemilik toko di dalamnya.

Ditambahkan, pengunjung juga cenderung akan mengurangi interaksi sentuhan dengan orang-orang dan lingkungan sekitar. Karena itu, pengelola pusat perbelanjaan perlu melakukan inovasi. “Pusat perbelanjaan dapat mengadaptasi inovasi teknologi seperti menggunakan sensor tanpa sentuhan pada tombol lift atau mesin tiket parkir, dan pada alat-alat di area toilet,” ujarnya.

Hal tersebut diyakini Rusdy akan dapat membuat pengunjung merasa lebih aman dan nyaman. “Menyediakan tempat sterilisasi barang belanjaan, misalnya dengan menggunakan sinar UV juga dapat dipertimbangkan,” ujarnya lagi seraya menamabahkan,   pengelola atau pemilik pusat perbelanjaan juga perlu berusaha untuk dapat meyakinkan konsumen agar merasa aman kembali mengunjungi mal dengan komunikasi yang intens dan berkala. (red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More