Jakarta, Itech- Kementerian Ristek /Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/Kepala BRIN) mengumumkan pemeringkatan 500 peneliti terbaik berdasarkan Science and Technology Index (Sinta). Pemeringkatan dilaksanakan untuk mengapresiasi dan membangkitkan publikasi di Indonesia.
“Kita harapkan ranking ini sudah menggambarkan kondisi yang komprehensif dari kualitas dari peneliti dan dosen yang ada di Indonesia,” kata Menristek Bambang PS Brodjonegoro melalui telekonferensi Sinta Series 1: Pemeringkatan 500 Peneliti di Indonesia pada Kamis (28/5). Peneliti dan dosen yang masuk ranking Sinta ini berdasarkan publikasi internasional dalam hal jumlah artikelnya, kualifikasi jurnal, dan tingkat sitasi selama tahun 2017-2019. “Yang bersangkutan juga aktif di publikasi nasional,” lanjutnya.
Menurut Menristek Bambang, publikasi menjadi sangat penting karena untuk menjadikan perguruan tinggi di Indonesia sebagai bagian dari world class university, tidak ada cara lain kecuali meningkatkan publikasi di jurnal yang berkelas dan terakreditasi. Selain publikasi, pemeringkatan perguruan tinggi juga berdasarkan kegiatan ilmiah dan sitasi.
“Untuk menunjang publikasi dan sitasi tersebut mau tidak mau perguruan tinggi dan lembaga litbang harus benar-benar fokus kepada kegiatan Litbangjirap (penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan) yang berkualitas sehingga tidak hanya pantas masuk kepada jurnal yang punya reputasi tinggi tapi juga menjadi rujukan dari banyak pihak sehingga citation index-nya juga tinggi,” tuturnya.
Indonesia pernah mencapai puncak publikasi tertinggi di tingkat ASEAN dalam publikasi ilmiah pada tahun 2018 hingga 2019. “Namun masih ada catatan yaitu mengenai kualitas dari publikasi itu sendiri. Kita harapkan publikasi yang merupakan hasil research and development ini bisa diproduksi atau dihilirisasi sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat dalam skala lebih luas,” kata Menristek.
Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek, Muhammad Dimyati mengatakan Sinta merupakan satu inovasi sistem informasi Iptek yang dikembangkan untuk mengukur kinerja individu, institusi dan networking dari para peneliti, perekayasa, dan dosen yang ada di Indonesia. Nantinya, Sinta akan dikembangkan untuk seluruh tenaga fungsional di Indonesia.
“Sampai sekarang Sinta telah dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti pemeringkatan peneliti, pemeringkatan institusi, pemeringkatan perguruan tinggi, hingga profil analisis baik untuk penulis, intitusi maupun jurnal,” terang Dimyati.
Sinta dikembangkan pertama kali pada November 2016. Dalam perjalanannya hingga tahun 2020, Sinta telah mengelola 194.904 penulis jurnal ilmiah (authors) yang telah terverifikasi dan 4.607 jurnal nasional maupun internasional, 93.346 artikel jurnal, dan 34.677 buku. Authors yang terdaftar dalam Sinta, 74% merupakan dosen dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selain itu ada peneliti dari kementerian/lembaga, lembaga litbang, dan Lembaga Penelitian Non Kementerian (LPNK).
“Ke depan roadmap Sinta akan kita kembangkan menjadi satu instrumen yang digunakan secara global,” tutur Dimyati.
Peneliti atau dosen yang masuk peringat 1 sampai 5 berdasarkan Sinta adalah Suharyo Sumowidagdo (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Agus Sudaryanto (Universitas Muhammadiyah Surakarta), Indah Suci Widyahening (Universitas Indonesia), Riyanarto Sarno (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), dan Moesijanti Yudiarti Endang Soekatri (Poltekkes Kemenkes Jakarta II).
Selanjutnya peringat 6 sampai 10 adalah Mauridhi Hery Purnomo (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), I Gede Wenten (Institut Teknologi Bandung), Achmad Nizar Hidayanto (Universitas Indonesia), Evy Yunihastuti (Universitas Indonesia), dan Abdul Rohman (Universitas Gadjah Mada). Pemeringkatan lengkap 500 peneliti terbaik Indonesia dapat diakses di http://sinta.ristekbrin.go.id/authors. (red)
Comments are closed.