Dorong Sinergi Triple Helix Kesehatan dan Obat

62

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan (alkes) di Indonesia menghadapi banyak tantangan seperti keterbatasan bahan baku dan layanan perizinan. Tantangan lainnya, saat ini industri farmasi dan alkes masih menggunakan bahan baku impor sebesar 90-95%.

Menjawab tantangan tersebut, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menggelar forum diskusi kesehatan dan obat yang mempertemukan pelaku kemitraan (triple helix) yang terdiri dari akademisi, pemerintah dan pelaku industri. Forum diskusi bertujuan mendorong peningkatan kapasitas inovasi industri nasional di bidang kesehatan dan obat.

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan masih ada gap antara sisi penelitian akademik dengan sisi industri dan swasta. Karena itu, pihaknya ingin menjembatani gap tersebut karena salah satu fokus dalam lima tahun Kabinet Indonesia Maju adalah hilirisasi hasil riset yang kemudian menghasilkan produk inovasi unggulan.

Dia menginginkan obat modern asli Indonesia terus dikembangkan untuk menjadi substitusi impor. Menurut dia, kemandirian obat dapat dibangun dengan memanfaatkan secara optimal biodiversitas yang dimiliki Indonesia sehingga mengurangi ketergantungan pasokan bahan baku obat dari negara lain.

“Produk inovasi unggulan tidak akan mungkin muncul kalau tidak ada harmonisasi dan tidak ada saling pengertian yang mendalam antara sisi peneliti dengan sisi industrinya,” tutur Menristek dalam forum diskusi “Sinergi Triple Helix Bidang Kesehatan dan Obat”di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta pada Rabu (26/2).

Melalui forum diskusi ini diharapkan terjadi percepatan komersialisasi produk hasil inovasi melalui penyederhanaan birokrasi serta adanya komitmen nyata dari masing-masing stakeholder untuk mendukung percepatan proses komersialisasi produk inovasi. Diharapkan pula terjalin kolaborasi dan kerjasama antara lembaga litbang/perguruan tinggi dalam mengembangkan produk-produk inovasi.

Adsense

Menristek mengungkapkan, untuk meningkatkan pemanfaatan hasil inovasi di bidang kesehatan dan obat, pemerintah melalui Kemenristek/BRIN mengeluarkan instrumen kebijakan dengan progam pendanaan komersialisasi produk inovasi sampai tahap uji klinis.

Dia menuturkan pembuatan obat dan alat kesehatan hingga mendapatkan izin edar memang tidak mudah. Sebab, untuk mendapatkan izin edar harus menjalani prosedur dan memenuhi persyaratan karena menyangkut hidup manusia diantaranya uji praklinis dan uji klinis untuk obat.

Namun dalam perjalanannya, diperlukan sinergi dengan kementerian atau lembaga. Contohnya, dengan Kementerian Perindustrian dalam keberlanjutan industri dalam negeri dalam melakukan produksi massal (mass production) produk inovasi. Keterlibatan para BUMN juga diperlukan dalam pengembangan dan pemanfaatan fasilitas pengujian dan peningkatan kompetensi investigator.

Dalam hal peningkatan riset dan pengembangan, pemerintah juga terus mendorong peningkatan dukungan dalam bentuk program dan anggaran kepada komunitas penelitian dan pengembangan yang memiliki produk inovasi dengan unsur menghasilkan teknologi tepat guna, peningkatan nilai tambah dan hilirisasi sumber daya alam, serta susbstitusi impor dan peningkatan TKDN.

Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro mengungkapkan isu strategis yang dibahas pada forum diskusi ini antara lain banyaknya produk inovasi yang terkendala uji klinis serta re-engineering produk inovasi menghabiskan dana yang besar dan waktu yang lama. Selain itu, pemerintah belum menjadi pengguna utama produk inovasi, sulitnya mendapatkan bahan baku dalam pengembangan produk inovasi, dan kewajiban uji TKDN untuk produk inovasi.

Dalam forum diskusi ini juga diadakan mini expo terkait produk inovasi bidang kesehatan dan obat, yang akan diikuti enam produk inovasi dari Universitas Indonesia seperti implan tulang wajah; madu propolis; sel punca dan metabolit; masker; virna glukoma implant; dan mikropiler digital dengan metode printed circuit board untuk pengukuran viskositas darah dan viskositas Plasma. Mini expo juga menampilkan produk inovasi dari Universitas Airlangga seperti stem cell dan produk dari tiga industri yaitu PT. Zenith All Mart Precissindo, PT. Biofarma dan PT Dexa. (red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More