Jakarta, Itech- Beberapa penelitian menyebutkan, belajar dengan menggunakan teknologi Virtual Reality (VR) dapat meningkatkan konsentrasi siswa hingga 6 kali lipat. Oleh sebab itu, dunia Pendidikan di Indonesia sudah perlu menggunakannya sebagai salah satu metode pengajaran paling mutakhir.
Dilansir dari web resmi Universitas Warwick di Inggris, penggunaan teknologi VR dalam kelas mampu meningkatkan ingatan siswa hingga lebih dari 30 persen. Maka, penggunaan teknologi VR menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah-sekolah di negara berkembang, khususnya Indonesia. Dan tantangan paling utama adalah masalah konten pengajaran dan kesiapan guru. Sampai saat ini, belum banyak konten bahan ajar berbasis VR karena mayoritas guru belum mempunyai skill coding serta perangkat keras yang memadai untuk membuatnya.
Menjawab tantangan ini, sekelompok anak muda yang berasal dari perusahaan pengembang konten Virtual Reality SHINTA VR, menciptakan sebuah solusi platform perangkat lunak berbasis cloud-computing bernama Millealab. Platform itu diklaim yang dapat membantu guru membuat konten bahan ajar VR mereka sendiri tanpa harus coding dan memakai computer yang canggih.
Sampai saat ini Millealab telah diakses oleh lebih dari 350 sekolah dan melatih lebih dari 1200 guru di Indonesia melalui serangkaian program Massive Open Online Course (MOOC) atau kursus online. Millealab mengklaim telah berhasil membuktikan bahwa guru dapat dengan mudah membuat konten bahan ajar VR. Para guru hanya membutuhkan waktu 2 jam untuk belajar hingga dapat membuat konten VR mereka sendiri.
“Millealab ini sangat mudah digunakan, hanya dengan drag and drop serta memilih interaksi yang ingin dipasang di VR, guru dapat dengan cepat membuat konten sendiri. Selain itu, guru juga dapat merancang kuis dengan VR yang hasilnya dapat dengan mudah diketahui secara realtime,” kata Managing Director Millealab dan juga ketua Asosiasi VR Indonesia (INVRA) Andes Rizky lewat keterangan pers-nya, Rabu (12/2).
Millealab juga mengaku akan rutin menggelar kompetisi yang dapat diikuti oleh semua guru terkait penggunaan VR yang bertajuk ‘Kompetisi 1000 Guru Pionir VR Indonesia’. Team yang mengikuti kompetisi ini terdiri dari dua guru dan satu murid untuk satu sekolah. Mereka akan dibimbing melalui MOOC selama sebulan dan team harus mengujicobakan konten VR mereka ke dalam kelas target sehingga menghasilkan essay dan presentasi yang berbasis pembelajaran HOTS (High Order Thinking Skill).
“Dengan kompetisi ini, kami harapkan dapat mencetak 1000 guru ahli VR yang menjadi pionir bagi perkembangan pendidikan Indonesia. Saya yakin guru-guru dapat mempunyai daya saing tinggi dan menerapkan metode efektif yang cocok bagi cara belajar generasi Z,” pungkas Andes. Pendaftaran Kompetisi 1000 Guru Pionir VR periode satu akan dilaksanakan bulan Januari-April 2020 dan periode dua direncanakan pada bulan Juli-Oktober 2020. (red)
Comments are closed.