Jakarta, Itech- Fenomena perubahan cuaca ekstrem atau disebut El Nino terus menjadi perhatian banyak negara, termasuk Indonesia karena mampu mengakibatkan berkurangnya intensitas curah hujan dan memunculkan kekeringan.
Di Indonesia, fenomena satu ini sangat diwaspadai karena bisa menyebabkan kekeringan dan mengurangi kelembaban suhu udara. Hal ini tentu saja akan berdampak pada terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap melanda Indonesia tiap tahunnya.
Pemerintah pun terus mencari cara dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap bencana yang bisa disebabkan El Nino ini, satu diantaranya melalui optimalisasi pemanfaatan teknologi dan inovasi.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun sudah memulai upaya pencegahan dan penanggulangan bencana kekeringan serta karhutla melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC). BBTMC-BPPT ini memiliki tugas untuk melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau dikenal sebagai hujan buatan, seperti yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Operasi ini pun dilakukan dengan melakukan penyemaian garam atau Natrium Klorida (NaCl) pada potensi awan hujan sebagai objek.
Pada beberapa kasus yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan, upaya ekstra dilakukan BBTMC-BPPT karena kepekatan kabut asap yang menutupi potensi awan hujan.
Sehingga perlu dilakukab penyemaian kapur tohor aktif atau Kalsium Oksida (CaO) untuk mengurai partikel dan gas pada kabut asap.
Optimalisasi operasi TMC yang turut menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah berdampak positif. Hal itu karena operasi ini berhasil menurunkan hujan, mengurangi hotspot serta memperbaiki kualitas udara pada sejumlah daerah yang dilanda kekeringan dan karhutla.
Untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla, upgrade teknologi pun diperlukan. Karenanya, BPPT melalui BBTMC menandatangani perjanjian kerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BMKG terkait “Pemanfaatan Big Data Cuaca dan Model Prediksi Cuaca untuk Peningkatan Efektivitas TMC Berbasis Artificial Intellegence (AI)” di Kantor BPPT, Jakarta, Jumat (4/10). Penandatanganan kerja sama tersebut pun dilakukan oleh Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto dengan Kepala Puslitbang BMKG Nelly Florida Riama.
Kepala BPPT Hammam Riza bahwa kerja sama dengan BMKG ini semakin diperkuat melalui penggunaan AI atau kecerdasan buatan dalam memutakhirkan SMART TMC. Pengembangan TMC melalui penambahan AI merupakan cara yang tepat dalam melaksanakan mitigasi bencana, seperti yang telah diinstruksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Lebih lanjut Hammam menekankan bahwa AI dan Big Data akan memiliki peranan penting dalam pengembangan TMC menjadi SMART TMC. “Jadi ini terobosannya disitu, pencegahan berbasis kecerdasan buatan. AI dan Big Data, yang disebut dengan impact based forecasting,” kata Hammam.
Hammam menjelaskan melalui MoU ini, BMKG akan bersinergi dengan BPPT, melalui pemberian informasi ramalan cuaca yang akan menunjukkan data hotspot yang muncul dan seperti apa dampak yang bisa ditimbulkan. BMKG melakukan peramalan cuaca yang sifatnya bisa menganalisa impact hotspot, impact terhadap kebakaran hutan dan lahan, impact terhadap kekeringan, impact terhadap gagal panen.
Selanjutnya, rincian data-data tersebut disinkronisasi dengan Big Data cuaca yang biasanya digunakan BMKG untuk pelayanan terkait info cuaca. Big Data cuaca itu akan memuat data lengkap terkait prediksi kapan, di mana, dan seperti apa intensitas hotspot tersebut. Melalui data yang diberikan itu, nantinya mesin bisa mempelajari dan menunjukkan seberapa besar produksi karhutla di sebuah daerah.
Sedangkan, upaya mitigasi diperkuat melalui prediksi itu, yakni dengan melakukan SMART TMC di wilayah yang menjadi titik rawan kekeringan karhutla. “Nah itu dimitigasi oleh TMC, supaya kita bisa mencegah gagal panen, mencegah kebakaran hutan dan lahan serta mencegah bencana-bencana lainnya yang berbasis hidrometeorologi,” papar Hammam
Lebih lanjut Hammam menuturkan, bahwa keberhasilan operasi TMC dalam mengatasi karhutla merupakan bukti dari penguasaan dan pendayagunaan teknologi, maka tentu saja pasti akan bermanfaat untuk bangsa dan negara ini. Pastinya, dorongan untuk memanfaatkan Iptek sebagai bagian dari upaya mewujudkan Indonesia yang tangguh dan mandiri, tentunya harus selalu ditingkatkan.
Dalam mengembangkan Iptek, khususnya pada SMART TMC, BPPT juga mendorong optimalisasi pendayagunaan SDM terkait, yakni BBTMC-BPPT dan Puslitbang BMKG.Terkait SMART TMC, sistem ini nantinya akan menghasilkan ‘Decision Support System’ yang akan membuat pelaksanaan operasi TMC menjadi lebih akuntabel. (red/ju)
Comments are closed.