Jakarta, Itech- Indonesia memiliki SDM Iptek yang kuat itu di lembaga Litbang maupun perguruan tinggi. Namun, sampai sekarang peneliti yang ada di lembaga litbang atau perguruan tinggi tidak bisa secara konsepsi bisa masuk ke industri untuk mengembangkan teknologi. Karena itu, saat industri mengembangkan teknologi, kita mengharapkan para peneliti ikut mengembangkan teknologi itu bersama-sama dengan industri
Direktur Sistem Inovasi Kemenristekdikti, Ophirtus Sumule menilai, selama ini para peneliti dari perguruan tinggi maupun lembaga litbang belum bisa masuk secara langsung ke industri karena belum adanya regulasi yang memudahkan mobilitas antara keduanya. Padahal jika mobilitas tidak diperhatikan dengan baik, maka lembaga Litbang maupun industri akan berjalan sendiri.
“Ketika peneliti mau mengembangkan teknologi yang kemudian bisa digunakan industri. Namun tak bisa diserahkan sepenuhnya karena ada filosofi-filosilofi dari penelitian itu yang harusnya ada di dalam dunia industri,” ujar Ophir disela acara Focus Group Discussion Mobilitas Peneliti antar Lembaga Litbang Publik dan Industri di Jakarta, Senin (05/8).
Karena itu, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan sinergitas antara industri dan peneliti, tidak hanya dalam pendayagunaan fasilitas namun juga terkait pemanfaatan sumber daya manusia (SDM). Pasalnya, perguruan tinggi dan lembaga litbang kaya akan peneliti.
“Industri dan perguruan tinggi atau lembaga Litbang harus membangun sinergi dalam hal pemanfaatan SDM. Sinergi yang dimaksud adalah penggunaan fasilitas yang ada di perguruan tinggi atau lembaga Litbang secara bersama-sama dengan industri, lembaga-lembaga sertifikasi dan pengujian,” tuturnya.
Sementara itu, Dirjen l Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti mengatakan, sinergitas antara peneliti dan industri bisa terwujud dalam sistem sharing. Namun menurutnya, sistem sharing (berbagi) itu tidak hanya dalam aspek fasilitas, melainkan juga SDM.
Melalui sinergitas tersebut, diharapkan industri terus melakukan pengembangan inovasi sehingga meningkatkan daya saing bangsa. “Inovasi-inovasi itu harus dilakukan karena sebuah perusahaan atau industri tanpa inovasi baru, dia akan ketinggalan karena pasti masyarakat memilih yang lebih murah, lebih efisien dan efektif,” tuturnya.
Ali Ghufron mencontohkan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) membangun pesawat N219 bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Para peneliti ITB yang ikut dalam pengembangan pesawat tersebut bisa masuk program S2 atau S3. “Jadi, pesawat selesai, program S2 atau S3 juga selesai atau ada tambahan projek lagi,” lanjutnya.
Selain itu, Kemenristekdikti juga memiliki projek namanya Rispro (Riset Inovatif Produktif) dengan mengirim berbagai macam peneliti ke dalam maupun ke luar negeri serta antara perguruan tinggi dengan institusi-institusi penelitian. (red/ju)
Comments are closed.