CEO Bukalapak Achmad Zaky: Inovasi Drone hingga AI

203

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Menurut Co-founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky, beberapa inovasi teknologi yang bakal dikembangkan di pusat riset dan pengembangan di Kota Bandung ini adalah drone hingga kecerdasan buatan. “Saat ini inovasi drone yang dikembangkan Bukalapak masih dalam tahap uji coba,” katanya.

“Untuk drone, kami sedang eksperimen dalam skala kecil. Kami ingin membuat drone yang lebih canggih untuk masyarakat Indonesia, yang bisa menghindari lemparan ketapel,” tuturnya. Adapun drone itu akan digunakan untuk proses pengiriman. Selain itu, Zaky juga menuturkan dirinya memiliki ide untuk mengembangkan toko ritel tanpa pramuniaga (unmanned retail).

Sekadar informasi, unmanned retail merupakan toko tanpa kasir yang seluruh proses pembeliannya dilakukan sendiri tidak dengan bantuan manusia. “Dengan sistem ritel yang terintegrasi, kami memimpikan bahwa penjualan ritel itu memiliki sistem yang simpel dan nyaman, sehingga tidak perlu ada manusia. Produknya pun bagus dan baik,” ujarnya menjelaskan.

Kendati demikian, Zaky belum bisa memastikan kapan inovasi tersebut dapat diwujudkan. Menurutnya, Bukalapak memiliki nilai bahwa harus mencoba, meski selalu gagal. Hal itu, menurut Zaky, merupakan keniscayaan di dunia teknologi. “Di era teknologi ini, 99 persen kegagalan itu diperlukan. Jadi, kami harus selalu mencoba. Perkara gagal itu dapat terjadi, yang penting terus dicoba,” tutur pria lulusan Institut Teknologi Bandung tersebut.

Salah satu percobaan yang terus dilakukan Bukalapak dan akhirnya berhasil adalah Mitra Bukalapak. Zaky menuturkan, Bukalapak harus berjibaku sebelum program yang ditujukan untuk memudahkan pemilik warung berjualan itu menuai hasil positif.

Adsense

Diketahui, Bukalapak merupakan salah satu perusahaan rintisan (startup) yang kini menyandang status unicorn. Dengan kata lain, perusahaan tersebut sudah memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar. Usai unicorn, predikat yang selanjutnya disandang startup adalah decacorn. Berbeda dari unicorn, startup dengan status decacorn memiliki nilai valuasi di atas US$ 10 miliar.

“Menurut saya yang namanya decacorn atau unicorn itu bukan sesuatu yang kami cari sebagai tujuan utama. Namun, bagaimana Bukalapak bisa terus berkembang dan bisa memajukan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia,” tuturnya .

Dia menuturkan target yang lebih banyak dibicarakan di internal Bukalapak adalah mengenai transaksi atau jumlah pelapak. Adapun nilai valuasi itu tidak lebih dari hasil yang didapat setelah target tercapai.

Selain itu, nilai valuasi juga kadang dipengaruhi sejumlah faktor eksternal. Sementara Bukalapak, menurut Fajrin, tidak mau tergantung dengan kondisi semacam itu. “Karena kalau kami ngomong valuasi itu kan dipengaruhi kondisi ekonomi dan lain sebagainya. Jadi, kami tidak mau bergantung terlalu banyak dengan kondisi eksternal,” tuturnya. (red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More