Ini Perkembangan 1000 Startup Dukung Ekosistem Ekonomi Digital

24

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Bogor, Itech- Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemristekdikti, Jumain Appe, mengungkapkan upaya mencetak lahirnya 1000 Startup Digital terus berjalan di tahun 2019, dalam rangka untuk membangun ekosistem ekonomi digital nasional.

Apalagi, di era revolusi industri 4.0, maka kehadiran pengusaha pemula berbasis teknologi (PPBT) atau startup menjadi bidang kewirausahaan potensial. Selain mengandalkan teknologi, PPBT ini mampu mencetak lapangan kerja baru dan secara tidak langsung juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ia pun kembali menekankan program PPBT ini bertujuan agar anak muda Indonesia bisa berkreasi dan terus berinovasi dalam menghadapi perkembangan teknologi digital. Misalnya, jika dari 1.000 PPBT itu butuh lima orang pekerja, artinya membuka lapangan pekerjaan bagi sekitar 5.000 orang.

Beberapa inovasi dari PPBT juga erat dengan kehidupan sehari-hari, seperti aplikasi bagi nelayan (smart fishing), petani dan lainnya. Teknologi dari PPBT dapat membantu peningkatan usaha dan hasil masyarakat tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan.

“Data menyebut sebanyak  65% masyarakat Indonesia  berprofesi sebagai petani, nelayan dengan pendapatan marginal. Dengan sentuhan teknologi pendapatan mereka bisa naik,” kaa kata Jumain Appe di acara Ekspose Produk Inovasi sebagai Capaian Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Rabu (19/12).

Belum lagi, potensi industri digital di Indonesia memang sangat tinggi. Ada jutaan pengguna internet dan juga pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia saat ini. Kondisi itu merupakan modal besar bagi Indonesia untuk mengembangkan bisnis aplikasi teknologi digital di Tanah Air.

Dan, lagi-lagi, kehadiran revolusi industri 4.0 tidak hanya perlu direspon usaha menengah dan besar. Industri kecil dan masyarakat wirausaha pun harus siap. Dalam konteks ini, kerja sama dan kolaborasi perlu ditingkatkan agar produk PPBT bisa bersaing hingga skala global.

Saat ini PPBT yang sudah dewasa atau mature dan tidak memerlukan pendampingan sudah banyak. Hanya saja PPBT dengan omset di atas Rp 1 miliar per bulan baru ada sekitar 6 persen dari jumlah yang ada saat ini Tahun 2015, jumlah PPBT yang didampingi dan didanai Kemristekdikti mencapai 52 PPBT, tahun 2016 ada 203 PPBT, tahun 2017 ada 661 PPBT dan tahun 2018 ada 956 PPBT. Sementara itu, ratusan PPBT lainnya beromset di bawah Rp 500 juta per bulan.

“Bagi PPBT yang beromset di atas Rp 1 miliar itu dikategorikan sudah mature dan tidak perlu lagi pendampingan,” ucapnya. Jumain berharap The Next Unicorn Indonesia dapat menemukan talent yang diinkubasi melalui Program PPBT ini.

Pada  era digital, di mana seluruh unsur masyarakat mulai dari akademisi, industri, pemerintah dan media bergerak bersama mengembangkan ekosistem dan mendorong terciptanya generasi baru yang mumpuni di bidang teknologi digital.

Adsense

Lompatan inovasi cepat, kebijakan tidak berpihak.

Menurut Jumain, dalam menjalankan proses inovasi tidak mudah karena ekosistemnya harus dibangun. Salah satu hambatannya adalah masalah regulasi yang kadang tidak mengikuti perkembangan zaman. Lompatan inovasi sangat cepat, namun kadang terhambat karena kebijakan tidak mengikutinya.

Jumain menambahkan, pemanfaatan dan pemasaran produk-produk inovasi dan teknologi membutuhkan keberpihakan dan penguatan regulasi untuk menciptakan kondisi kondusif bagi pertumbuhan dan pengembangan inovasi di Tanah Air. “Bagaimana kita berpihak menggunakan inovasi ini mesti ada aturan,” katanya

Keberpihakan dapat diwujudkan dengan penggunaan hasil inovasi dan teknologi anak bangsa di dalam negeri, misalnya seluruh kantor pemerintah, badan usaha milik negara dan bahkan sejumlah perguruan tinggi negeri harus menggunakan produk-produk hasil inovasi tersebut.

“Keberpihakan itu, begitu ‘launching’ (peluncuran) produk langsung dipakai nasional,” ujarnya. Dengan demikian, hal itu memberikan pasar yang prekomersialiasai bagi produk hasil inovasi dan teknologi yang benar-benar digunakan dalam negeri. “China dan Korea sangat berpihak, mau jelek pakai dulu setelah itu ada perbaikan dan pengembangan,” ujarnya.

Dia mencontohkan, Misalnya pengembangan motor Gesits yang sudah melompat jauh tetapi proses untuk sertifikasi di Kementerian Perhubungan belum ada tata cara atau protokol untuk menguji motor listrik, sehingga menggunakan tata cara luar negeri yang sudah establish. Akibatnya, sehingga banyak sekali inovasi motor listrik karya anak bangsa yang tidak lolos.

Beberapa startup juga mengalami kendala perizinan dan hal-hal lain terkait produksi sehingga sulit menembus pasar, terutama startup di bidang pangan dan kesehatan. Beberapa proses perizinan juga sangat panjang prosedurnya.

“Begitu juga dengan stem cell yang produknya sangat spesifik namun di BPOM belum ada protokol uji klinis-nya,” terangnya. Untuk itu, Jumain berharap mendorong adanya keberpihakan kebijakan atau regulasi yang terkait riset dan inovasi karya anak bangsa. (red/Ju)

 

 

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More